Selasa, 12 April 2011

Mahasiswa dan Idiologi " Nya"

Kampus merupakan tempat berbagai macam ideologi berkumpul dan bercampur aduk.  Mulai dari ideologi keagamaan sampai ideologi sekuler. Mahasiswa merupakan sasaran empuk yang sangat mudah dirasuki oleh ideologi-ideologi tersebut karena pemikiran mereka yang cenderung jernih dan lugu. Untuk itulah jargon “siapa cepat dia dapat!” merupakan tolak ukur yang tepat untuk menggambarkan mengapa kita harus menyanbut mahasiswa baru dengan acara yang terkemas rapi. Semakin kita dapat melakukan sambutan yang baik  kepada mereka, maka akan semakin besar pula kita untuk dapat merasuki ideologi tertentu ke dalam pikiran mereka.
Mahasiswa dan ideologi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sejarah mencatat bahwa ideologi mahasiswa mampu meruntuhkan rezim yang pada akhirnya mampu mengubah garis sejarah. Mahasiswa adalah kaum intelektual yang merupakan pioneer perjuangan yang memperjuangkan nasib rakyat dan kaum tertindas.
Ideologi adalah prinsip, adalah keyakinan yang mengarahkan perilaku mahasiswa. Pada umumnya ideologi dijadikan pijakan untuk mereka berbuat, bertindak demi kebaikan orang banyak. Meskipun begitu, tetap ada pengecualian, tetap ada yang tidak memiliki prinsip dalam menjalani hari-hari di kampus yang penuh dengan anomali. Mereka inilah biasanya yang akan menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja, mahasiswa yang standar.
Jika berbicara sumber daya manusia, sebenarnya masih banyak di luar sana yang berpendidikan lebih tinggi dengan pengalaman yang lebih mumpuni. Misalnya mereka yang duduk di dalam bangunan-bangunan kenegaraan yang seharusnya mengurus kepentingan rakyat. Tapi inilah mahasiswa, terpanggil untuk berjuang. Bergerak dengan energi moral, energi murni tanpa kepentingan ekonomi dan politik. Juga tanpa egoisme untuk senantiasa menuntut hak.  Tugasnya hanya sederhana,  menuntut, menjadikan mereka yang sewenang-wenang terbangun dari mimpi panjangnya dan memikirkan masalah manusia dan kemanusiaan dengan lebih baik. Mahasiswa datang datang dengan seperangkat sound system dan panji-panji yang di sana terlukis idealisme tentang apa yang seharusnya terjadi.
Ibarat dua sisi mata uang, ideologi memang tak selamanya bisa dipertahankan dan diwujudkan karena seringkali berbenturan dengan hal-hal yang pragmatis, termasuk permasalahan biaya kuliah. Bagi mahasiswa yang duduk di bangku PTN, adalah hal yang pantas disyukuri masih bisa “sedikit’ menikmati kemurahan meskipun tak sepenuhnya murah. Pendidikan hari ini bukan lagi menjadi hak penuh bagi warga Negara Indonesia. Pemerintah mencoba menarik sedikit demi sedikit tanggung jawabnya akan kebutuhan pendidikan masyarakat. Dapat dilihat dari lahirnya PP no 6 tahun 2004 tentang BHMN. Universitas diberikan kebebasannya dalam mengurus rumah tangga (otonomi) termasuk dalam hal mencari pendanaan. Ini mengakibatkan kuliah menjadi mahal terlebih dengan lahirnya UU BHP ini melegitimasikan bahwa penanggungjawaban biaya pendidikan pada masyarakat bukan lagi pada pemerintah. Jelas ini bertolak belakang dengan UUD 45 pasal 31 (1) bahwa Negara berkewajiban memberikan pendidikan yang layak bagi seluruh warga negara.
Masih banyak tugas dan tanggung jawab dari mahasiswa yang harus diperjuangkan dan tentu saja itu tidak mudah. Karenanya dibutuhkan usaha dan ideologi yang kuat, yang berpihak pada kemanusiaan dan memperjuangkan keterbelakangan dan ketertindasan.
Perjuangan Mahasiswa harus terus dilanjutkan.
Hidup Mahasiswa…!!!

sumber artikel : 
http://ngintipkampus.wordpress.com/2009/08/16/mahasiswa-dan-ideologi/

0 komentar:

Posting Komentar

kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan untuk kemajuan penulis..